Rabu, 27 Maret 2013

Rabu :')


Hai, selamat pagi. Ini hari Rabu? Wah iya..
Kamu lagi nggak ada jadwal kuliah ya. Pasti bete deh di kosan. Nanti siang jadwalnya aku mengunjungimu bukan? Menghabiskan waktu berjam-jam yang rasanya hanya seperti beberapa menit. Sungguh! Aku pasti akan datang sekitar pukul 1, tunggu saja. Ya, setelah makan siang dan sholat dhuhur. Kita akan menghabiskan waktu bersama, bisa sampai malam atau sore saja.
Hari ini kita akan main kartu lagi kan?
Kamu masih sering kalah lho sama aku
Hari ini aku juga akan denger kamu nyanyi lagi kan?
Suka deh iseng bilang “jangan nyanyi dear, ntar aku nangis
Atau hari ini kita akan main game saja?
sabar sih, ntar pening laptopnya
Kamu..

Ah, tapi sekarang aku benci hari ini. Mungkin sama seperti kamu membenciku. Aku sayang kamu, tapi kamu benci aku. Sial!

Kamu tahu tidak, sejak jumat malam yang bangsat itu, aku jadi susah sekali tidur. Sering aku mencoba mengetik sms, berniat mengirimnya ke nomormu. Sekedar say hello, tanya kabar, tanya hal nggak penting.. tapi selalu tidak jadi kukirim, hingga folder draft pesan di handphone-ku dipenuhi namamu. Aku juga masih menyimpan voice record ketika kamu nyanyi. Setiap nyoba dengerin, aku hanya bisa menarik napas dalam-dalam untuk bisa mengendalikan diri. Well, kau tau rasanya kan?
Jumat malam itu.. Arghh dear. Aku sampai malas mengingatnya! Apalagi ketika terakhir ngelihat punggungmu menjauh. Dadaku sesak bukan main hingga aku terpaksa menumpahkan semua isi perutku. Gokil. Meskipun kamu juga sempat membuat tulang punggungku remuk ketika kamu memelukku dari belakang, tapi anehnya aku justru merasa nyaman. Ah.. sudahlah, sekali lagi aku tidak mau mengingatnya. Apalagi soal perasaanku, bisa menghabiskan semalam suntuk untuk menceritakannya. Dan aku juga sedang tidak mood bercerita.

Lalu, kamu sedang apa sekarang?
Masih suka gerimis?
Masih suka malam?
Masih merasa seksi gara-gara berkuku panjang?
Ah iya.. aku belum sempat memotongnya, tapi kau sudah pergi saja..
Kamu dimana sih?

Sabtu, 23 Maret 2013

Reshie


Reshie, sosok yang bahkan belum kukenal dengan baik. 6 bulan terlalu singkat untuk tahu segala tentangnya, tetapi cukup untuk aku..well –sangat menyayanginya. Aku tahu ada jarak diantara kami, tapi aku tidak tahu harus bagaimana. Lagi-lagi “tidak tahu”. Karena tidak tahu itu, Reshie sangat-sangat membenciku.

Ternyata, berhadapan langsung dengannya  tidak membuat segalanya menjadi mudah.  Malam sabtu, di halaman rektorat UNY. Malam yang bangsat.
I think not much different than hell !
Tapi aku bisa apa? Maka malam itu, aku lebih banyak menundukkan kepala saja. Kadang sesekali aku coba menatap matanya, mengamati setiap detil geraknya. Mengamati bagaimana ia berusaha melebur keresahan lewat asap putihnya. Aku?  Ya, hanya bisa menarik napas dalam-dalam untuk bisa mengendalikan diri dari sesak yang tiba-tiba menjalar. Karena.. "jadi cewek itu harus kuat.. bolehnya nangis cuma dihadapan Tuhan".













Jogja,

Senin, 04 Maret 2013

Si Penangkap Bayangan


Hai Si penangkap bayangan :)
Kau suka malam bukan?
Bagaimana kau bisa  menangkap bayangan jika kau senang berada di malam hari?
Kau tahu kan, bayangan hanya akan muncul jika ada sinar?












Jogja,
sinar yang merindu di ujung malam

Minggu, 03 Maret 2013

Cepatlah pulang!

Terhitung sudah tiga hari kamu jauh dariku. Kamu pergi meski pergimu tak selamanya. Kamu pergi ke tempat lahirmu. Ke tempat dimana tersimpan kehangatan yang jauh dari kata membosankan. Bertemu dengan ayah dan ibumu, bertemu dengan adik dan teman-temanmu, bertemu dengan (mungkin) mantanmu. Rumah; Nganjuk. Tempat yang juga aku sukai setelah hampir lima tahun aku disana. Bersekolah, bermain, berpetualang, “berperang”, bergelut, berkhayal, ber, ber, ber… (Meski pada sejatinya rumahmu dan rumahku agak berjauhan. Aku di pucuk gunung dekat sawah-sawah, sedangkan kamu di pucuk kota dekat jalan raya. Namun aku merasa kita berasal dari embrio yang sama) Jujur saat aku menulis ini, aku jadi rindu dengan kota itu, rindu pada angin utaranya, rindu pada sejuk udaranya, rindu pada nasi pecel kebanggannya, rindu pada ramah penghuninya, dan rindu pada bunyi hujan di awal bulan Oktober-nya. Tapi jujur, sekali lagi, jujur, semuanya itu tak serindu aku sekarang meridukanmu!

Ya, terhitung sudah tiga hari kamu tak bisa kutemui. Itu berarti sudah tujuh puluh dua jam kamu tak bisa kusentuh, semuanya nampak begitu berubah! Semuanya kelihatan nggak beres! Waktu yang biasanya berjalan cepat, kini begitu melambat. Aku seperti menua! Beruban dan berjenggot. Sementara aku menikmati tua-ku, aku membuang-buang waktu dengan merokok di dalam kamar; sambil membayangkanmu, tentu saja.

Di jogja saat ini, hujan dari tadi begitu bimbang. Kadang datang, kadang pulang. Kadang deras, kadang ritmis. Suasana jadi galau. Apalagi kamu, membatalkan untuk pulang segera.  Ya Tuhan, aku ingin menyusulmu saja! Tapi kamu bilang kamu pulang tengah malam nanti. Itu berarti aku harus menunggumu lagi; menua lagi. Ya.





              Cepatlah pulang pacarku, sebab aku tak mau menua sendirian..







Jogja,

Kamis, 28 Februari 2013

Lagi bete, males kasih judul

Pagi selalu membosankan. Tapi semoga tidak untuk hari ini.

         Lagu Fearless milik Taylor Swift tepat membangunkanku pukul 4.30. Masih terlalu pagi, Berniat untuk kembali tidur barang setengah sampai satu jam, tapi malah justru membuatku terjaga. Hari ini aku akan pulang, menyempatkan diri untuk menikmati weekend dirumah sebelum tugas-tugas kuliah yang memuakkan itu mengalihkan duniaku. Dan aku akan bertemu denganmu (lagi). Kemarin, kamu menawarkan diri untuk untuk mengantarku sampai batas kota. Sebenarnya aku masih khawatir dengan keadaan luka di kakimu yang justru pengen aku tonjok. Tapi kau bilang "nggak apa-apa dear, kan demi kamu". Shit !

         Aku segera mandi dan bersiap. Ku kenakan baju putih hijau tosca kesukaanku, celana jeans, sepatu kets serta tas dengan warna yang selaras dengan bajuku. Kata banyak orang, aku cukup cerdas untuk memadu padankan apapun yang aku pakai. Kau tau itu kan? Tentu saja tidak.
Dan aih.. aku cantik! Memang aku selalu cantik untuk diriku sendiri, percayalah!

         Selesai bersiap, aku kirim 2 pesan ke nomormu. Tidak ada jawaban. Mungkin masih mandi. Sempat kuintip aktivitas dijejaring sosial. Oh.. sekitar satu jam yang lalu kamu masih posting sesuatu. Berarti kemungkinan kamu benar sedang mandi.
45 menit berlalu. Tetap tidak ada jawaban. Kupikir tak mungkin juga kamu mandi menggunakan produk body shop.
Disini, perasaanku mulai tak enak.
Jangan-jangan kamu lupa..
atau kamu ketiduran,
atau kamu sengaja tidur,
atau kamu lagi tidur dengan wanita lain >_<

"kalau punya janji, aku pasti bangun kok dear"
"kan demi kamu dear" (sambil kedipin mata)
Dih.. fake! Palsu!

1,5 jam kemudian
"dear, maaf bla, bla, bla.. "

BODO AMAT!!

Rabu, 27 Februari 2013

Nirmala jelek. :p (01)


“Ini  tidaklah penting. Keindahan tak melulu soal yang sempurna. Kamu dengan lucu suaramu dan wajah menjengkelkan(:p), telah membuat aku dan sekitarku jadi begitu bermakna! :D”



            Siang yang terik. Matahari tepat di atas genting. Suasana membosankan. Membuat waktu begitu lambat berjalan. Kamar serasa berubah menjadi tempat yang mematikan. Dan badanku, basah. Keringat. Kulirik jam di tangan, sudah setengah satu. Tapi kamu belum  juga muncul. Lalu kuputuskan untuk terus membaca tulisan-tulisan di blog-mu.

            Happy brith-bye.
Hei, selamat ulangtahun untuk kali kedua aku ucapkan ini sejak aku dan kamu bersepakat menjadi “kita”. Selamat ulangtahun untuk kamu yang kini sudah berkepala dua, sudah dewasa tentunya… bla, bla, bla..
            Diposkan oleh Nirmala di 05.58.00 0 komentar Link ke posting ini

“Haha, masa lalu.” Kataku dalam hati.
Tapi tetap saja…

            Sebuah pesan singkat masuk, dari kamu. Katamu “bisa keluar ga?” lantas aku keluar. Haha ternyata benar dugaanku, kamu salah tempat. “Kesini,” kataku padamu yang bergegas ke arahku. Akhirnya kamu masuk ke tempat aku biasa membuang-buang waktu. Kini kita berdua di dalam kamar. Berdua saja. Aih, apa yang biasa dilakukan pasangan jika di dalam kamar berdua-duaan? Berdua saja? Membuat peyek!

            “Kamu udah makan?” kataku pelan tapi kupastikan kamu mendengarnya.
            “Udah kok tadi di kampus.” Jawabmu singakat.
            “Mau minum?”
            “Nggak usah.”
            “Oke.”

            Suasana hening seketika. Kamu duduk tak rapat dengan dudukku. Aku tak bisa melihat wajah keseluruhanmu. Aku hanya bisa melihat rambutmu dan tanganmu. Seperti ada jarak. Jarak yang entah bagaimana caranya membuat salah satu ginjalku terasa putus. Canggung? Tidak! Aku hanya bingung apa yang harus kukatakan jika aku dekat dengan kamu. Masa aku mau bilang “Maukah kamu menjadi isteriku?” bego! Kamu pasti langsung pulang. Kamu pun begitu, kamu cuma diam dan hanya berkata seperti orang yang lagi radang tenggorokan. Kuputuskan untuk bertanya tentang bagaimana cara main twitter. Kamu sigap mengajari. Dan, akhirnya kita dekat. Dekat. Dekat. Dekat… kita saling bersentuhan tangan. Dan saat itu terjadi, bunga-bunga mekar di dadaku. Aneh. Betul-betul aneh. Tapi kamu biasa saja. Tak merasa aneh. Tapi aku aneh.

            Kita berbicara banyak hal. Kamu cerita kecoa(lagi). (Saat kamu cerita tentang kecoa, dan itu lagi-lagi membuatmu gila, sungguh dalam hatiku yang paling dalam  aku berkata; ”Sepertinya ada yang salah dengan anak ini. Semoga Tuhan yang Mahabaik membuatnya tabah dan sabar”). Saat kamu bicara panjang lebar aku lebih memilih untuk diam, tapi diamku bukan tak menghiraukanmu, tapi adalah caraku untuk mengukur sejauh manakah mitos tentang jantung yang deg-degan itu bisa di percaya. Dan ternyata mitos itu memang benar-benar mitos! Jantungku nggak deg-degan kok. Jatungku biasa saja. Tapi semua organ di dalam tubuhku loncat-loncatan kesana kemari. Dan itu membuatku repot bukan kepalang. Kamu…

            Setengah empat. Kamu pun pulang…














Jogja,
           

 

(c)2009 Behind the drizzle. Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger